Menurut dr Hendrian D Soebagjo SpM, penggunaan sinar laser bisa membahayakan mata. Bahkan bisa mengakibatkan kebutaan permanen pada mata. “Gelombang sinar laser mengakibatkan kerusakan pada retina. Terutama pada bagian mocula (titik sentral retina),” kata Hendrian. Kerusakan pada mata itu bisa terjadi bila mata terkena sinar laser dalam waktu lama.
Gejalanya yakni penglihatan akan menurun tajam. Bila terkena, mocula akan mengalami efek pandangan. Bisa dicontohkan dengan kasus seseorang yang melihat hidung orang lain. Bila bagian mocula rusak, yang terlihat hanya sisi samping hidung. Batang hidung justru tak terlihat sama sekali. “Seperti ada penghalangnya. Jadi, yang diserang bukan bagian tepi (perifer), melainkan sentralnya,” tambah dokter Spesialis mata RSUD dr Soetomo itu.
Jika terkena laser beberapa detik, maka yang terasa adalah silau saja. Tapi, kata Hendrian, bila melihat tayangan di televisi, sepertinya gelombang sinar laser yang digunakan suporter Malaysia sangat panjang. Itu sangat membahayakan. “Kalau panjang gelombang tidak besar, seperti pada pointer, mata tak akan terganggu. Jangkauannya juga tak panjang,” terangnya.
Menurutnya, dengan panjang gelombang 180-315 nm (UV-B, UV-C) setara sinar matahari, efeknya adalah mata mengalami radang kornea. Bila panjang gelombang 400-780 nm, efeknya adalah retina bisa terbakar.
Karena itulah pekerja las yang menggunakan laser selalu (dan diwajibkan) menggunakan kacamata khusus agar gelombang sinar laser tersebut tidak merusak organ mata. “Arah lasernya juga tidak boleh sembarangan. Meski diri kita terlindungi, jangan sampai malah membuat orang lain yang celaka,” ujar Hendrian.
Hendrian juga mencontohkan sinar laser yang kerap digunakan pada pertunjukan musik. Laser kategori itu cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan luka bakar pada retina jika langsung dilihat ataupun dipantulkan. Karena itu ia menyarankan untuk berjaga-jaga dengan menggunakan kacamata pelindung.
Pengobatan terhadap kerusakan pada akibat paparan sinar laser tergantung pada tingkat keparahannya. Bila kerusakan sudah permanen, penglihatan akan sulit dikembalikan seperti normal. “Kalau sudah rusak parah dan buta, ya tidak bisa diapa-apakan,” tukas Hendrian.
Sumber :
kompas.com