Ide brilian bisa datang dari mana
saja. Untuk tugas sekolah, sepuluh tahun lalu, Klaus Lackner menyarankan
anak perempuannya membuat penyerap debu. Ternyata tugas sekolah sang
anak memantik profesor geofisika di Universitas Columbia, Amerika
Serikat, itu berpikir lebih jauh.
Dia lantas merancang alat
penyerap karbon dioksida dari polusi kendaraan bermotor dan pabrik.
Dinamai “pohon sintetis”, alat itu bisa menyerap CO2 seribu kali lipat
dari pohon alam.
Kini Laboratorium Global
Research Technologies, Colorado, mengembangkan pohon sintetis berbahan
aluminium. Dan Komisi Energi Amerika telah menyetujuinya. “Tujuan akhir
proyek ini adalah menyingkat 100 ribu tahun penyerapan polusi oleh pohon
menjadi 30 menit saja,” kata Lackner kepada CNN pekan lalu.
Bentuk pohon sintetis mirip
antena penyerap sinar ultraviolet–berukuran 30 x 5 meter. Dasar kerjanya
sama, yakni menghadang karbon dioksida di udara. Seperti pohon asli,
panel Lackner mampu mengembuskan oksigen. Sisa karbon bisa dipakai untuk
mesin pengeboran minyak lepas pantai, hidrokarbon, atau avtur.
Satu pohon sintetis bisa
menyerap karbon dioksida seluas satu hektare, atau setara dengan 90 ribu
ton CO2 (emisi dari 15 ribu mobil) dalam setahun. Jika pohon sintetis
bisa diproduksi massal dan efektif bekerja di negara-negara maju, emisi
karbon di dunia bisa berkurang setidaknya seperlimanya.
Setiap tahun ada 29 miliar ton
karbon dioksida terpompa ke atmosfer: 80 persen berasal dari kendaraan
bermotor. Setiap 1 gram bensin menghasilkan 3,14 gram karbon dioksida.
Di Indonesia, konsumsi bensin per tahun mencapai 584 juta barel per
tahun. Artinya, ada 291,5 juta ton karbon dioksida yang kita hasilkan
dalam satu tahun.
sumber : http://goo.gl/YqyjC