Salah satu tuntunan dalam agama Islam adalah Shalat. Begitu pula di agama Buddha, meditasi juga termasuk salah satu ritual yang selalu dilakukan oleh para Biksu. Ternyata ada penjelasan secara sains manfaat dari Salat dan meditasi tersebut.
Otak adalah salah satu 'alam' yang penuh misteri dan selalu menjadi
bahan menarik bagi para ilmuwan untuk terus menelitinya. Di dalam otak
terdapat berbagai macam saraf dengan beragam fungsi. Mengacu pada
seputar otak, para peneliti juga mempercayai ada semacam fenomena yang
muncul di dalam otak berkaitan dengan masalah kebiasaan serta pengalaman
spiritual yang ilmu kebidangannya disebut Neurotheology.
Para pendukung Neurothology percaya bahwa ada keterkaitan antara
neurological dan evolusi dengan mengambil dasar dari pengalaman
subyektif. Walaupun bidang keilmuan ini sering mendapat kritikan dari
peneliti lainnya, namun para pengikut Neurothology tetap percaya bahwa
bidang keilmuan ini adalah 'jembatan' antara sains dan agama.
Pada tanggal 15 Desember 2010 (NPR.org) lalu, seorang peneliti bernama
Dr Andrew Newberg mencoba mencari tahu keterkaitan antara otak dan
ritual keagamaan. Dalam penelitiannya tersebut, Newberg mencoba
mengamati otak orang yang memiliki banyak masalah dengan melakukan
scanning.
Setelah mendapatkan hasil scanning awal, Newberg mempersilakan para
sukarelawan untuk melakukan meditasi atau melakukan ritual keagamaan
selama enam minggu. Ketika waktu yang ditentukan berakhir, Newberg
kembali melakukan scanning terhadap otak para sukarelawan.
Suatu hasil yang mengejutkan bahwa ternyata dengan melakukan rutinitas
keagamaan seperti meditasi atau Salat, otak para sukarelawan berkembang
sebanyak 10 sampai 15 persen. Mereka juga dapat berfikir secara tenang,
cepat dan lebih baik dibanding sebelumnya.
Peneliti menjelaskan bahwa meditasi, Salat atau ritual keagamaan lain
yang dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dapat membuat saraf di
dalam otak akan sedikit mengendur. Otak menjadi lebih rileks. Segala
peredaran yang terjadi dari tubuh ke otak atau sebaliknya juga menjadi
lancar.
Memang tidak semua orang yang mendalami sisi keagamaan dalam hidupnya
selalu terlihat sabar, pintar dan tenang. Ada beberapa orang yang
walaupun melakukan ritual keagamaan tetap melakukan tindakan anarkis.
Menurut penjelasan seorang peneliti yang dikutip Slate (26/04/2007)
mengatakan bahwa semua proses juga masih dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar dan kepribadian.
Apabila setelah melakukan ritual keagamaan namun hidup di lingkungan
yang cenderung keras, maka secara psikologis ada kemungkinan sang
individu tetap berperilaku, memiliki pandangan serta berfikiran keras
juga.
Sumber:http://www.jelajahunik.us/2012/11/kegunaan-sholat-meditasi-atau-ritual.html?m=1