Seperti dikutip dari laman Guardian, pada akhir 2008, mahasiswi arsitektur ini didiagnosis menderita cataplexy. "Aku bisa terjatuh lemas 40 kali dalam sehari gara-gara tertawa," ujar Kay. Kelumpuhan baru hilang ketika emosinya kembali stabil.
Kay pertama kali mendapat serangan lumpuh mendadak ini saat kuliah semester awal. "Saat itu aku sedang di dapur bersama seorang teman. Saat sedang tertawa lepas, aku tiba-tiba terjatuh ke lantai. Aku bisa mendengar dan melihat, tapi aku tak bisa bergerak," ujarnya.
Tak hanya saat tertawa, Kay juga bisa lumpuh sesaat ketika merasakan emosi berlebih seperti menangis, terlalu gembira, terkejut, malu, dan ketakutan. Bahkan, Kay bisa terjatuh saat mendengar pria menyatakan cinta.
"Pasien saya yang lain malah lumpuh ketika orgasme," kata Dr Andrew Hall, konsultan anestesi, perawatan intensif, dan gangguan tidur di Leicester General Hospital, rumah sakit tempat Kay menjalani sejumlah terapi medis.
Dr Andrew mengatakan, dunia medis belum berhasil mengungkap penyebab sakit ini. Sejumlah pakar medis menduga adanya faktor genetik. Namun, ada pula yang berpikir bahwa itu terjadi akibat gangguan autoimun atau kerusakan otak yang dipicu infeksi parah. Belum ada obat yang bisa menyembuhkannya.
Penyakit ini mungkin tidak mematikan, tapi cukup berbahaya ketika penderita terjatuh di lokasi yang tak aman. "Aku selalu berpikir, bahaya bisa menyerang kapan saja. Aku tak pernah tahu apa ada kaca di sekitarku," ujarnya yang sempat frustasi dengan kondisinya.
"Setiap sudut bisa mendatangkan bahaya untukku. Secangkir teh di tangan juga bisa berbahaya," Kay menambahkan. "Coba bayangkan ketika serangan itu muncul saat aku sedang bersepeda atau mengemudi."
sumber vivanews.com