Seperti dilansir livescience.com, penemuan itu ditandai dalam bentuk sebuah bagian besar volume air yang ditemukan di bagian mantel Bumi.
Si penemu adalah Michael Wysession, seismologis dari Washington University, St Louis dan mantan mahasiswanya, Jesse Lawrence, yang kini mengambil studi di University of California, San Diego.
Temuan tiga tahun lalu itu akan dipublikasikan dalam monografi di jurnal American Geophysical Union. Temuan itu berasal dari pengamatan seismograms.
Data diambil dari catatan dalam gelombang yang dihasilkan berulang kali terjadinya gempa bumi. Titik-titik itu dikumpulkan dari instrumens yang tersebar di seluruh planet ini.
Keduanya melihat ada sebuah wilayah di bawah Asia yang dapat meredam gelombang seismik. Akibatnya, gelombang seismik itu menjadi “menipis” dan juga membuat getaran semakin lama semakin turun sedikit demi sedikit.
“Air sedikit memperlambat kecepatan gelombang,” Wysession menjelaskan. “Banyak redaman dan air sedikit memperlambat redaman, sesuai dengan prediksi. Itu sangat baik.”
Pada prediksi penghitungan sebelumnya berlaku, jika lempengan dingin dari dasar laut itu tenggelam ribuan mil ke mantel bumi, maka suhu panas akan menyebabkan air yang tersimpan di dalam batu menguap keluar.
“Itulah yang kami tunjukkan di sini,” kata Wysession. “Air di dalam batu turun dan tenggelam dari lempengan. Dan itu cukup dingin, tapi semakin dalam semakin panas dan dan akhirnya rock menjadi tidak stabil dan kehilangan air.”,
Air kemudian naik ke atasnya wilayah, yang menjadi jenuh dengan air. “Itu akan tetap terlihat seperti batu kepada Anda,” Wysession kepada LiveScience. “Anda harus meletakkannya di laboratorium untuk menemukan air di dalamnya”.
Meskipun mereka tampak padat, komposisi dari beberapa batuan dasar laut itu mencapai sekitar 15 persen air. “Molekul air sebenarnya terjebak dalam struktur mineral batu,” Wysession menjelaskan. “Ini seperti tanah liat. ”
Para peneliti memperkirakan bahwa di atas kadar 0,1 persen dari batu yang tenggelam ke dalam mantel bumi itu adalah air.
Sumber : http://dunia.vivanews.com/news/read/136224-misteri_samudera_raksasa_di_bawah_laut_asia