Catatan kecil ini muncul lantaran sebuah kalimat pesan pendek. Seorang murid Sekolah Menengah Atas mengirim pesan pendek yang berisikan sekumpulan huruf yang sulit untuk diurai dan dimengerti dengan cepat ‘13aq g3 Pen?”. Hampir lima menit saya mencerna arti kalimat tanya ini tetapi saya masih tidak mengerti juga. Lantas, saya berasumsi bahwa murid dan sahabatku yang satu ini sudah sedang tidak enak badan, atau mungkin mengirim pesan pendek sambil menggigil kedinginan sehingga jari-jarinya bergetar. Salah pencet dan kemudian terkirim.
Lantaran tidak mengerti apa yang hendak ditanya, saya membalas pesannya dengan balik bertanya ‘Dek, apa maksudnya?” tidak berapa lama pesan balasan muncul “Ye…..ms gk ngrti?”. “Ya serius” saya membalasnya. Kemudian dia membalas lagi “hgrsrr….cape dech..3lilili”. Belum sempat saya membalas, tiba-tiba masuk pesan susulan. “Bang, jangan lebay dech, kenapa sih semua cowok itu lebay, berlebihan sekali kalau gak ngerti…just kidding” Saya tertawa kecil.
Jika pertanyaannya di awal ditulis sejelas balasannya yang ini, sudah barang tentu akan dimengerti. “Haha, dek, ab kan gak ngerti, krna pake bahasa alay, atau jgn2 semua cwek begini?” saya membalas pesannya dengan kelakar. “…dan cowok-cowok emang lebay” jawab pesannya beberapa detik kemudian. “Maksudnya?” saya mengejarnya dengan tanya. “Kan ab blng cewek alay, lalu cwok? Nah..cwok lebay, krn cwok kan gt, pura-pura gak tau, n suka ngegombal, itu kan lebay namanya”.
“Hmmmm…” saya membalasnya lagi kemudian terdiam untuk beberapa saat. Saya mencoba untuk mencerna ‘kebenaran’ canda ini. ‘Kebenaran’ pernyataan saya bahwa ‘cewek itu alay’ dan pernyataan pelajar putri di seberang sana bahwa ‘cowok itu lebay’. Rupa-rupanya ada benarnya juga. Karena setelah saya membuka halaman facebook, saya baru sadar bahwa sebagian besar teman cewek menulis status mereka dengan menggunakan bahasa alay. Tentang penggunaan bahasa itu justru tidak tampak pada teman-teman cowok. Teman-teman cowok justru lebih banyak menunjukkan ‘sisi jantannya’ sebagai ‘penakluk wanita’ dengan sederetan kata-kata putis, berciri hiperbolik dan idealis-filsofis, ya………lebay gitu dech!
Dua contoh, kalau cewek memang alay, (namun untuk menyembunyikan identitas saya menggunakan nama samara)
si nona manis: Belajar dUlu benTar aH brU bO2x, bsOk FsKa nE, jaNji hrUz d tepaTi. . .
Si manis sona : Q Temba3k x an smuuaaaa…dorrdorrrdorrdordorr..M.A.T.I…*ud mati lom?*
Selanjutnya dua contoh yang lain kalau cowok emang alay, namun untuk menyembunyikan identitas saya menggunakan nama samaran:
Si mas manis : Air mata penyejuk jiwa luluh tersirat emosi
Penggalan kata-kata murka terucap
Manis kata-kata terhapus kegoyahan jiwa
Segenggam sayang bukan lagi lautan asmara yg menggelora membara
mengapa kamu goyah gundah resah dikala badai “TOPAN” datang menerpa???
Penggalan kata-kata murka terucap
Manis kata-kata terhapus kegoyahan jiwa
Segenggam sayang bukan lagi lautan asmara yg menggelora membara
mengapa kamu goyah gundah resah dikala badai “TOPAN” datang menerpa???
Si Manis mas: Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku.
Contoh-contoh di atas hanya contoh, jika hendak ditulis semua maka masih akan ada seratus (ah…ternyata saya juga lebay). Tetapi itulah fakta, bahwa cewek lebih cenderung menggunakan bahasa alay agar terkesan lebih memelas, seksi dan imut. Sedangkan cowok cenderung lebay, karena seperti hendak menunjukan ‘kemachoan’-nya.
Akhir catatan. Tentang bahasa alay, cewek alay, dan tentang lebay, cowok lebay, tidak usah ditanggapi sebagai yang salah dan benar, baik atau buruk. Keindahan relasi, antara cewek dan cowok selalu saja punya cerita, punya kisah. Inilah eloknya dalam ber-relasi-komunikasi, sejauh antara yang satu dengan yang lain tidak saling mencederai.