Quote:
Quote:
Tim
Ekspedisi Garis Depan Nusantara berlayar menuju Provinsi Papua dari
Tual, Kepulauan Kei, Provinsi Maluku. Di Papua, Tim Ekspedisi akan
mendata delapan pulau yang ada disana. Dalam perjalanan, Tim Ekspedisi
singgah di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua.
Tim Ekspedisi singgah di Fakfak untuk pendataan sejarah dan budaya. Sebuah situs purbakala terdapat di Distrik Kokas. Selain itu, terdapat sebuah mesjid tua peninggalan kerajaan Ternate-Tidore di distrik ini.
Situs purbakala Tapurarang menjadi tempat yang pertama didata oleh Tim Ekspedisi. Situs ini berupa lukisan di tebing bebatuan terjal. Letaknya berada di Andarmata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras. Berbagai macam objek terdapat di lukisan tersebut.
Objek objek lukisan tersebut berupa telapak tangan, mata, telapak kaki, lumba lumba, cicak, tumbuhan, daun, wajah manusia, hingga bumerang. Lukisannya terlihat biasa saja, namun cukup menggambarkan manusia dan kesehariannya. Tekhnik lukisannya pun unik. Objek objek tersebut dibuat seperti disembur. Tintanya berwarna merah dan kuning. Bercak bercak cat terdapat di tepian masing masing objek. Bahan lukisan tersebut dipastikan berasal dari pewarna alami. Meskipun demikian, warnanya tetap terjaga hingga saat ini.
K.W Gallis dan Josef Roder, dua orang Arkeolog Belanda pernah melakukan penelitian di Papua menyebut lukisan goa di Kokas unik. Warna dan corak lukisannya berbeda dari yang ada di Kepulauan Kei, Maluku dan Pulau Batanta, Raja Ampat. Objek lukisan yang terdapat di Situs Purbakala Tapurarang, Kokas dibuat dengan tekhnik Stilasi (Penyederhanaan bentuk). Warnanya terdiri dari merah, hitam, dan kuning.
Seni cadas atau rock art ini merupakan hasil karya lukisan manusia pada jaman Megalitikum, berusia ribuan tahun yang lalu. Lukisan lukisan tersebut dibuat sebagai pengingat peristiwa atau simbol simbol kepercayaan. Lukisan binatang atau Matuto dianggap sebagai pahlawan bagi nenek moyang. Simbolilasi tersebut tak hanya ada di lukisan, hingga saat ini dalam upacara adat simbol binatang tersebut masih dibawa. Telapak tangan berarti penolak bala, pelindung dari kekuatan jahat.
Menurut cerita rakyat masyarakat setempat, lukisan lukisan tersebut merupakan orang orang yang dikutuk oleh seorang setan bernama Kaborbor. Ceritanya sebuah perahu tenggelam dalam perjalanan meuju Kokas. Semuanya selamat, hanya ada satu nenek yang meninggal.
Pada saat perahu tenggelam, tak ada seorang pun yang menolong nenek tersebut. Akhirnya sang nenek meninggal dan seketika berubah menjadi setan yang bernama Kaborbor. Karena sakit hati, Kaborbor mengutuk mereka yang selamat beserta benda benda yang dibawanya menjadi lukisan tebing.
Di tebing tebing di sekitar Andarmata, terdapat tengkorak yang berserakan. Tengkorak tersebut merupakan tengkorak nenek moyang penduduk Kokas. Penduduk Kokas mempunyai kebiasaan menyimpan jenazah di tebing, ceruk, tanjung, dan gua ditempat yang mereka anggap sakral. Tim Ekspedisi mendata tempat tempat dimana tengkorak tersebut berada.
Usai pendataan sejarah dan budaya di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara bersama Kapal Layar Motor Cinta Laut berlayar menuju Sorong, Papua Barat. Disana Tim Ekspedisi mendata delapan pulau terdepan yang tersebar hingga ke utara Papua.
Tim Ekspedisi singgah di Fakfak untuk pendataan sejarah dan budaya. Sebuah situs purbakala terdapat di Distrik Kokas. Selain itu, terdapat sebuah mesjid tua peninggalan kerajaan Ternate-Tidore di distrik ini.
Situs purbakala Tapurarang menjadi tempat yang pertama didata oleh Tim Ekspedisi. Situs ini berupa lukisan di tebing bebatuan terjal. Letaknya berada di Andarmata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras. Berbagai macam objek terdapat di lukisan tersebut.
Objek objek lukisan tersebut berupa telapak tangan, mata, telapak kaki, lumba lumba, cicak, tumbuhan, daun, wajah manusia, hingga bumerang. Lukisannya terlihat biasa saja, namun cukup menggambarkan manusia dan kesehariannya. Tekhnik lukisannya pun unik. Objek objek tersebut dibuat seperti disembur. Tintanya berwarna merah dan kuning. Bercak bercak cat terdapat di tepian masing masing objek. Bahan lukisan tersebut dipastikan berasal dari pewarna alami. Meskipun demikian, warnanya tetap terjaga hingga saat ini.
K.W Gallis dan Josef Roder, dua orang Arkeolog Belanda pernah melakukan penelitian di Papua menyebut lukisan goa di Kokas unik. Warna dan corak lukisannya berbeda dari yang ada di Kepulauan Kei, Maluku dan Pulau Batanta, Raja Ampat. Objek lukisan yang terdapat di Situs Purbakala Tapurarang, Kokas dibuat dengan tekhnik Stilasi (Penyederhanaan bentuk). Warnanya terdiri dari merah, hitam, dan kuning.
Seni cadas atau rock art ini merupakan hasil karya lukisan manusia pada jaman Megalitikum, berusia ribuan tahun yang lalu. Lukisan lukisan tersebut dibuat sebagai pengingat peristiwa atau simbol simbol kepercayaan. Lukisan binatang atau Matuto dianggap sebagai pahlawan bagi nenek moyang. Simbolilasi tersebut tak hanya ada di lukisan, hingga saat ini dalam upacara adat simbol binatang tersebut masih dibawa. Telapak tangan berarti penolak bala, pelindung dari kekuatan jahat.
Menurut cerita rakyat masyarakat setempat, lukisan lukisan tersebut merupakan orang orang yang dikutuk oleh seorang setan bernama Kaborbor. Ceritanya sebuah perahu tenggelam dalam perjalanan meuju Kokas. Semuanya selamat, hanya ada satu nenek yang meninggal.
Pada saat perahu tenggelam, tak ada seorang pun yang menolong nenek tersebut. Akhirnya sang nenek meninggal dan seketika berubah menjadi setan yang bernama Kaborbor. Karena sakit hati, Kaborbor mengutuk mereka yang selamat beserta benda benda yang dibawanya menjadi lukisan tebing.
Di tebing tebing di sekitar Andarmata, terdapat tengkorak yang berserakan. Tengkorak tersebut merupakan tengkorak nenek moyang penduduk Kokas. Penduduk Kokas mempunyai kebiasaan menyimpan jenazah di tebing, ceruk, tanjung, dan gua ditempat yang mereka anggap sakral. Tim Ekspedisi mendata tempat tempat dimana tengkorak tersebut berada.
Usai pendataan sejarah dan budaya di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara bersama Kapal Layar Motor Cinta Laut berlayar menuju Sorong, Papua Barat. Disana Tim Ekspedisi mendata delapan pulau terdepan yang tersebar hingga ke utara Papua.