Pages

4 Politikus Cantik Dunia yang Terjerat Korupsi

Share and Enjoy! :

Beberapa penelitian sosial mengatakan bahwa politisi atau pemimpin perempuan tidak sekorup kaum Adam, apakah benar? Dari sekian banyak politisi perempuan, keempat perempuan cantik ini, sayangnya, terjerat kasus korupsi.

Siapa saja?

1. Kanimozhi
Kanimozhi merupakan anggota parlemen India. Dia ditahan pada Mei 2011 lalu karena tersandung kasus korupsi terbesar di negara itu.
Dia dijerat dengan UU Pencegahan Korupsi. Jaksa penuntut mengatakan Kanimozhi menerima suap US$ 47,6 juta atau sekitar Rp 450 miliar melalui Kalaignar TV, TV yang dikelola oleh partainya, Dravida Munnetra Kazhagam (DMK) yang beroperasi di negara bagian Tamil Nadu.

Kanimozhi membantah berkonspirasi dan menerima suap dalam penyalahgunaan penjualan lisensi telekomunikasi yang dinilai penyidik merugikan negara sekitar US$ 40 miliar atau sekitar Rp 378,6 triliun.

Kanimozhi adalah putri dari politisi M Karunanidhi, seorang petinggi partai DMK yang berkoalisi dengan partai pemenang pemilu di Kongres. Rekan separtai Kanimozhi mantan menteri Telekomuniasi Andimuthu Raja yang terkait dengan kasus ini sudah dipenjara lebih dulu.

2. Anna Maria Galojan
Anna Maria Galoja merupakan pimpinan gerakan Eropa Estonia. Politisi cantik ini kemudian terbukti bersalah menggelapkan uang LSM itu sebesar 60 ribu Euro atau sekitar Rp 690 juta.
Mau tahu untuk apa saja uang itu? Anna membelanjakannya untuk baju, perhiasan, dan aksesoris mewah, perawatan di salon dan travelling. Dia kemudian divonis 1 tahun 10 bulan penjara, potong masa tahanan 5 bulan dari Pengadilan Distrik Tallin.

Anna kemudian banding dan Mahkamah Agung menolak permohonannya. Anna harus membayar 47.956 Euro atau Rp 551,4 juta untuk mengganti kerugian dan Rp 203 juta karena Anna sempat kabur ke luar negeri saat akan dieksekusi.

Saat putusan incraacht, Anna kabur ke London untuk menghindari menjalani masa tahanannya. Anna meminta suaka di Inggris pada 7 Februari 2011. Inggris kemudian mengekstradisi Anna dari London pada 14 Februari 2012.

3. Angelina Sondakh
Angelina Patricia Pingkan Sondakh, lebih dikenal dengan Angelina Sondakh adalah mantan Puteri Indonesia 2001 yang menjadi politisi melalui Partai Demokrat.
Melalui Partai Demokrat, Angie mengawali karier politiknya dan pada pemilu 2004, dia berhasil masuk menjadi anggota legislatif lewat partai yang memboyong Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI mewakili dapil Jateng VI. Kiprah penulis buku 'Kecantikan, Bukan Modal Utama Saya' di Komisi X DPR-RI semakin membuktikan bahwa perempuan keturunan Manado ini tidak hanya bermodal tampang. Selain itu Angie juga dinobatkan sebagai Duta Orang Utan, Duta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan juga Duta Batik.

Di PD Angie menjadi Wakil Sekjen sebelum akhirnya dipecat karena tersangkut kasus korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Umum (Bendum) PD M Nazaruddin dalam kasus dugaan suap pembahasan anggaran universitas di Kemendiknas tahun 2010. Dan meski sudah ditahan KPK, sampai hari ini Angie masih menjadi anggota DPR.

4. Yulia Tymoshenko
Yulia Tymoshenko merupakan Perdana Menteri Ukraina perempuan pertama dari 2005 hingga 2010. Dia juga pemimpin dari partai Gabungan Ukraina. Seorang akademisi dan ekonom yang terkenal dengan tatanan rambut, bando dari kepangan rambutnya.
Saat mencalonkan kembali menjadi Presiden Ukraina pada 2010, Yulia kalah oleh pesaingnya Viktor Yanukovych. Sejak Yulia lengser, satu persatu kasus korupsinya pun dibongkar di pengadilan.

Pada 11 Oktober 2011, pengadilan di Ukraina menjatuhkan vonis putusan 7 tahun penjara karena terbukti menyalahgunakan kekuasaan saat menjadi broker pembelian gas dari Rusia pada tahun 2009.

Yulia memperoleh jaminan bahwa utang pembelian gas itu akan dibayar kembali ke Kementerian Pertahanan Rusia. Namun ternyata uang untuk membayar utang itu malah mengalir ke beberapa rekening miliknya di Swiss, demikian seperti dikatakan jaksa penuntut Ivan Dervyanko.

Kasus kedua yang dikuak penyidik, adalah kasus 15 tahun lalu, yang melibatkan perusahaan energi milik Yulia. Yulia diduga keras mentransfer sejumlah dana sebesar US$ 400 juta atau sekitar Rp 3,7 triliun dari perusahaannya kepada kas negara.


Penahanan Yulia ini dikritik Rusia dan AS, karena menilai Yulia sebagai tumbal lawan politiknya.