Saat
musim penerimaan siswa baru seperti ini, ada pemandangan yang unik di
Puncak Jenisari, Genteng, Banyuwangi. Puluhan calon orang tua
mendatangi SD dan SMP Islamic School, dengan membawa berbagai
macam jenis sayuran, mulai kangkung, seladah, wortel, bayam,
umbi-umbian serta berbagai macam sayur lainnya, sembari menemani
anaknya yang akan mengikuti masa orientasi siswa baru di sekolah sayur
ini.
Sayur mayur yang dibawa para orang tua, bukanlah untuk dimasak atau dijadikan bahan praktek bagi para siswa ,tetapi sayur mayur ini digunakan sebagai pengganti biaya sekolah.
Meski siswa hanya membayar dengan sayur, tetapi kualitasnya tidak diragukan. Selain metode pendidikan yang berbeda, seluruh siswanya pun memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Inggris, Arab serta Indonesia sebagai percakapan sehari hari
Sekolah
dengan konsep sekolah alam ini, lebih memudahkan para orang tua yang
anaknya sekolah disini, karena mereka hanya cukup membayar sayur setiap
minggunya. Sekolah ini tidak membebani para orang tua siswa untuk
membayar dengan biaya mahal seperti sejumlah lembaga pendidikan pada
umumnya.
Selain itu sayuran yang digunakan sebagai ganti upah sekolah, juga akan dimasak untuk dikonsumsi para siswa, karena siswa diasramakan sehingga tidak perlu pulang. Uniknya lagi, menurut Kepala Sekolah Mohamad Farid, jumlah siswa yang mendaftar tidak dibatasi dan waktunya tidak terbatas kapanpun masuk silahkan. Sekolah juga tidak mensyaratkan nilai NEM dan DANUM yang digunakan sebagai dasar penerimaan.
“Jadi siapapun boleh sekolah disini. Saat ini ada 20 orang siswa baru yang mendaftar,” kata Farid. Sementara untuk asal siswa tidak hanya berasal dari kota Banyuwangi saja, tapi juga ada yang berasal dari luar pulau seperti Bali dan NTB. Bahkan yang dari berasal dari Malaysia ada 2 murid.
“Untuk jumah keseluruhan siswa tahun lalu ada sekitar 75 siswa yang berhasil lulus dan saat ini sudah melanjutkan untuk menempuh kuliah di perguruan tinggi negeri,” kata Farid bangga.
Selain itu sayuran yang digunakan sebagai ganti upah sekolah, juga akan dimasak untuk dikonsumsi para siswa, karena siswa diasramakan sehingga tidak perlu pulang. Uniknya lagi, menurut Kepala Sekolah Mohamad Farid, jumlah siswa yang mendaftar tidak dibatasi dan waktunya tidak terbatas kapanpun masuk silahkan. Sekolah juga tidak mensyaratkan nilai NEM dan DANUM yang digunakan sebagai dasar penerimaan.
“Jadi siapapun boleh sekolah disini. Saat ini ada 20 orang siswa baru yang mendaftar,” kata Farid. Sementara untuk asal siswa tidak hanya berasal dari kota Banyuwangi saja, tapi juga ada yang berasal dari luar pulau seperti Bali dan NTB. Bahkan yang dari berasal dari Malaysia ada 2 murid.
“Untuk jumah keseluruhan siswa tahun lalu ada sekitar 75 siswa yang berhasil lulus dan saat ini sudah melanjutkan untuk menempuh kuliah di perguruan tinggi negeri,” kata Farid bangga.
sumber : http://ghosty1st.blogspot.com/2008_08_01_archive.html