Pages

Vaginismus Penghalang Seks Berkualitas

Share and Enjoy! :

vaginismus, pemyakit, perempuan, vagina, sehat, st
Vaginismus Penghalang Seks Berkualitas
Salah satu hal menyenangkan untuk menambah keintiman hubungan pasangan adalah bercinta. Karena seks memang tidak hanya sekedar pemuasan gairah dan pencapaiannya orgasme, terutama di salah satu pihak saja. Tidak dapat dibantah pula bahwa seks adalah aktivitas yang tidak hanya menyenangkan, namun juga baik untuk kesehatan. Saat sang pria sedang ingin bercinta, banyak perempuan yang berusaha menghindari hubungan intim dengan suaminya karena berbagai alasan. Entah itu dengan alasan terlalu lelah, stres, atau memang sedang tidak dalam kondisi mood yang baik. Namun ada pula perempuan yang ingin sekali berhubungan seks namun ia tidak mampu melakukannya.
Hilda Hutcherson, seorang spesialis kandungan dan kebidanan, mengisahkan bagaimana seorang pasiennya mengeluh karena belum pernah berhubungan seks dengan suaminya walaupun mereka sudah menikah selama enam bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan secara mendalam, Hutcherson menemukan bahwa pasien ini mengidap suatu kondisi yang disebut dengan vaginismus.
“Setiap kali upaya penetrasi dilakukan, otot-otot di sekitar lubang vaginanya mengalami kejang, dan itu membuat intercourse menjadi sulit dan menyakitkan,” ujar seorang dekan tamu pada Minority Affairs and Diversity di Columbia University Medical Center College of Physicians and Surgeons, Amerika Serikat.
Beberapa ahli kandungan berpendapat masalah tersebut bukanlah sesuatu yang besar, dan hanya meminta para pasien yang mengalami hal seperti ini untuk lebih rileks dengan pikiran dan tubuhnya. Namun menurut Hutcherson, seringkali pasien benar-benar membutuhkan perawatan fisik untuk mengembalikannya ke kondisi normal seperti orang pada umumnya.
Biasanya, Hutcherson mengajarkan para pasiennya untuk melakukan latihan Kegel agar dapat melatih mengencangkan dan melepaskan otot-otot dasar panggulnya. Pasien lalu diberikan sebuah pelebar vagina untuk membantu tubuhnya membiasakan diri dengan sensasi penetrasi, hingga si pasien kembali siap untuk melakukan intercourse dengan pasangannya.
“Saya juga menyarankannya untuk berkonsultasi dengan terapis seks,” ujar Hutcherson, seraya menambahkan bahwa setelah tiga bulan, pasien tersebut telah melaporkan bahwa ia sudah mampu berhubungan seks.
Seks memang bukan penentu utama keharmonisan dalam hubungan berpasangan, namun bukan berarti hal ini menjadi tidak penting. Ketidakmampuan seseorang untuk berhubungan seks tentu akan mengurangi keintiman, membuat kedua belah pihak merasa frustrasi, dan pastinya tidak akan mampu melakukan pembuahan untuk menciptakan kehamilan. Padahal setiap pasangan menginginkan adanya buah hati dalam pernikahan mereka.
Jadi, jika Anda merasakan sesuatu yang menyakitkan pada saat penetrasi, cobalah untuk memeriksakannya ke ahli kandungan. Karena dalam kondisi normal, seks itu tidak menyakitkan.