umlah pria Indonesia yang memakai kondom masih terbilang sedikit tidak
sampai 1 persen dari jumlah penduduk dewasa. Apa saja alasan pria
Indonesia tidak menyukai kondom?
Meski kondom bisa melindungi pemakainya dari infeksi kelamin dan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, tidak sedikit pria yang mengeluhkan alat pemakaian kontrasepsi tersebut.
Faktor kenikmatan yang dirasakan tidak maksimal saat bercinta memakai kondom tampaknya menjadi alasan utama banyak pria tidak menyukai alat kontrasepsi ini. Adanya kondom yang melapisi batang penis membuat kontak fisik dengan dinding kemaluan wanita berkurang sehingga sensasinya berkurang.
Kelemahan ini diakui oleh pria beristri maupun pria lajang yang masih suka gonta-ganti pasangan, meski diakui juga bahwa manfaatnya masih lebih besar dibanding kerugiannya. Meski jadi kurang nyaman, kondom terbukti mencegah penularan infeksi kelamin dan kehamilan tidak diinginkan.
Berikut ini adalah kesan-kesan yang disampaikan 3 orang pria Indonesia, YM, DP dan DG tentang pemakaian kondom, saat dihubungi detikHealth, Rabu (9/5/2012).
Y.M. (Pria 33 tahun, menikah punya 2 anak, manajer personalia)
"Pada dasarnya saya nyaman-nyaman saja pakai kondom, jadi tidak ada alasan khusus untuk tidak memakainya. Hanya kebetulan saya dan istri pakai metode kontrasepsi lain jadinya kondom tidak kami pakai sebagai alat kontrasepsi utama, cuma dipakai sesekali saja untuk kombinasi.
Kalau ditanya apakah kondom mempengaruhi kenikmatan, ya pasti bedalah sensasinya soalnya kan memang seperti ada lapisannya. Cuma saya pikir tidak terlalu signifikan dan masih bisa diatasi misalnya dengan tidak langsung memakainya sejak awal pemanasan.
Bahkan agar pengaruhnya bisa ditekan sesedikit mungkin, kadang-kadang saya baru memakai kondom kalau sudah mau keluar (ejakulasi). Jadi dalam satu sesi bercinta, ada masanya saya melakukan penetrasi tanpa kondom kemudian kalau kira-kira sudah mendekati klimaks baru kondomnya dipasang.
Terlepas dari masalah kenikmatan, sejauh ini saya rasa kondom cukup efektif dalam membantu mengontrol kehamilan. Saya tidak perlu meragukan manfaat kondom karena kebetulan saya dulu pernah jadi relawan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)".
D.P. (Pria 30 tahun, masih lajang, manajer produksi)
"Kerja di industri itu penting untuk selalu sedia kondom di dompet, karena di sini hiburan sangat jarang. Dengan memakai kondom, hubungan seks yang sifatnya one night stand rasanya lebih safe apalagi bila mainnya dengan orang yang tidak dikenal.
Tapi kalau bicara kenikmatan, sejujurnya kondom mengurangi kenikmatan sebanyak 75 persen apalagi kalau kondomnya aneh-aneh. Makin banyak variasinya, misalnya bergerigi atau ada kumisnya, biasanya makin tidak nikmat dan yang banyak mengeluhkan justru pihak perempuan karena sensasinya jadi artifisial atau tidak alamiah.
Keluhan lain terkait penggunaan kondom adalah ketika harus membuang sampahnya. Membuang di toilet jelas tidak mungkin karena risikonya saluran tinja bisa mampet, sementara kalau dimasukkan tempat sampah yang ada di mess (asrama) takut ketahuan saat dibersihkan petugas. Satu-satunya cara menghilangkan jejak adalah membuangnya di jalan, meski saya sadar itu mengotori lingkungan.
Terakhir, meski saya belum pernah mengalami sendiri, saya pikir pemakaian kondom bisa membuat pasangan terlalu percaya diri saat bercinta. Mentang-mentang aman, variasi gerakan atau posisinya jadi terlalu nekat lalu kondomnya sobek dan akhirnya malah tidak terlindungi baik dari infeksi kelamin maupun risiko kehamilan yang tidak diinginkan.
Meski begitu, saya selalu pakai kondom karena kalau sudah menyangkut keamanan maka faktor kenikmatan memang harus sedikit dikorbankan. Ibaratnya kalau naik motor, tidak pakai helm itu pasti lebih nyaman tetapi kalau tidak aman ya saya memilih pakai helm".
D.G. (Pria 30 tahun, menikah belum punya anak, pengusaha kafe)
"Sejak menikah 6 bulan yang lalu, saya belum pernah memakai kondom saat bercinta dengan istri saya. Bukan karena tidak suka, melainkan karena memang target saya saat ini adalah sesegera mungkin dapat momongan sehingga tidak perlu memakai alat kontrasepsi.
Nanti kalau sudah punya anak dengan jumlah sesuai yang ditargetkan, saya dan istri memang berencana ikut KB (Keluarga Berencana). Metode seperti apa yang mau dipakai belum ditentukan, bisa jadi pakai kondom tapi tidak menutup kemungkinan pakai cara lain dan itu memang belum dipikirkan.
Yang jelas kalau harus pakai kondom, saya pikir tidak ada salahnya karena cara ini memang paling praktis. Tidak butuh bantuan petugas untuk memasangnya, bisa dibeli di mana saja dan yang jelas lebih private karena hanya saya dan istri yang tahu kalau kami pakai kondom".
Meski kondom bisa melindungi pemakainya dari infeksi kelamin dan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, tidak sedikit pria yang mengeluhkan alat pemakaian kontrasepsi tersebut.
Faktor kenikmatan yang dirasakan tidak maksimal saat bercinta memakai kondom tampaknya menjadi alasan utama banyak pria tidak menyukai alat kontrasepsi ini. Adanya kondom yang melapisi batang penis membuat kontak fisik dengan dinding kemaluan wanita berkurang sehingga sensasinya berkurang.
Kelemahan ini diakui oleh pria beristri maupun pria lajang yang masih suka gonta-ganti pasangan, meski diakui juga bahwa manfaatnya masih lebih besar dibanding kerugiannya. Meski jadi kurang nyaman, kondom terbukti mencegah penularan infeksi kelamin dan kehamilan tidak diinginkan.
Berikut ini adalah kesan-kesan yang disampaikan 3 orang pria Indonesia, YM, DP dan DG tentang pemakaian kondom, saat dihubungi detikHealth, Rabu (9/5/2012).
Y.M. (Pria 33 tahun, menikah punya 2 anak, manajer personalia)
"Pada dasarnya saya nyaman-nyaman saja pakai kondom, jadi tidak ada alasan khusus untuk tidak memakainya. Hanya kebetulan saya dan istri pakai metode kontrasepsi lain jadinya kondom tidak kami pakai sebagai alat kontrasepsi utama, cuma dipakai sesekali saja untuk kombinasi.
Kalau ditanya apakah kondom mempengaruhi kenikmatan, ya pasti bedalah sensasinya soalnya kan memang seperti ada lapisannya. Cuma saya pikir tidak terlalu signifikan dan masih bisa diatasi misalnya dengan tidak langsung memakainya sejak awal pemanasan.
Bahkan agar pengaruhnya bisa ditekan sesedikit mungkin, kadang-kadang saya baru memakai kondom kalau sudah mau keluar (ejakulasi). Jadi dalam satu sesi bercinta, ada masanya saya melakukan penetrasi tanpa kondom kemudian kalau kira-kira sudah mendekati klimaks baru kondomnya dipasang.
Terlepas dari masalah kenikmatan, sejauh ini saya rasa kondom cukup efektif dalam membantu mengontrol kehamilan. Saya tidak perlu meragukan manfaat kondom karena kebetulan saya dulu pernah jadi relawan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)".
D.P. (Pria 30 tahun, masih lajang, manajer produksi)
"Kerja di industri itu penting untuk selalu sedia kondom di dompet, karena di sini hiburan sangat jarang. Dengan memakai kondom, hubungan seks yang sifatnya one night stand rasanya lebih safe apalagi bila mainnya dengan orang yang tidak dikenal.
Tapi kalau bicara kenikmatan, sejujurnya kondom mengurangi kenikmatan sebanyak 75 persen apalagi kalau kondomnya aneh-aneh. Makin banyak variasinya, misalnya bergerigi atau ada kumisnya, biasanya makin tidak nikmat dan yang banyak mengeluhkan justru pihak perempuan karena sensasinya jadi artifisial atau tidak alamiah.
Keluhan lain terkait penggunaan kondom adalah ketika harus membuang sampahnya. Membuang di toilet jelas tidak mungkin karena risikonya saluran tinja bisa mampet, sementara kalau dimasukkan tempat sampah yang ada di mess (asrama) takut ketahuan saat dibersihkan petugas. Satu-satunya cara menghilangkan jejak adalah membuangnya di jalan, meski saya sadar itu mengotori lingkungan.
Terakhir, meski saya belum pernah mengalami sendiri, saya pikir pemakaian kondom bisa membuat pasangan terlalu percaya diri saat bercinta. Mentang-mentang aman, variasi gerakan atau posisinya jadi terlalu nekat lalu kondomnya sobek dan akhirnya malah tidak terlindungi baik dari infeksi kelamin maupun risiko kehamilan yang tidak diinginkan.
Meski begitu, saya selalu pakai kondom karena kalau sudah menyangkut keamanan maka faktor kenikmatan memang harus sedikit dikorbankan. Ibaratnya kalau naik motor, tidak pakai helm itu pasti lebih nyaman tetapi kalau tidak aman ya saya memilih pakai helm".
D.G. (Pria 30 tahun, menikah belum punya anak, pengusaha kafe)
"Sejak menikah 6 bulan yang lalu, saya belum pernah memakai kondom saat bercinta dengan istri saya. Bukan karena tidak suka, melainkan karena memang target saya saat ini adalah sesegera mungkin dapat momongan sehingga tidak perlu memakai alat kontrasepsi.
Nanti kalau sudah punya anak dengan jumlah sesuai yang ditargetkan, saya dan istri memang berencana ikut KB (Keluarga Berencana). Metode seperti apa yang mau dipakai belum ditentukan, bisa jadi pakai kondom tapi tidak menutup kemungkinan pakai cara lain dan itu memang belum dipikirkan.
Yang jelas kalau harus pakai kondom, saya pikir tidak ada salahnya karena cara ini memang paling praktis. Tidak butuh bantuan petugas untuk memasangnya, bisa dibeli di mana saja dan yang jelas lebih private karena hanya saya dan istri yang tahu kalau kami pakai kondom".
Kompas