24
Mei
Meskipun kesedihan akan senantiasa menemani seorang hamba, maka jangan pernah larut di dalamnya. Tetaplah melangkah dengan penuh semangat, karena engkau adalah sempurna. Tak seharusnya dirimu larut dalam kesedihan, karena akan ada jawaban atas doa-doamu. Akan ada keindahan yang di janjikan-Nya bagi para hamba-Nya yang mengikuti petunjuk-Nya.
Jika engkau terus melangkah dengan sabar dan percaya diri, maka kemudahan akan Dia berikan untukmu. Namun, bila tiada lagi semangat dalam hidupmu lantaran adanya ujian berat, maka tunggulah ujian yang lebih berat lagi akan menghampiri, yaitu kesedihan hati. Padahal bukan begitu seharusnya engkau bertingkah. Engkau bukan Nabi, bukan pula makhluk-Nya yang mulia, lalu mengapa masih bermalas-malasan dalam gigihnya ikhtiar? Sedangkan mereka saja yang mulia itu tetap menerima ujian – bahkan lebih berat dari siapa pun – dengan semangat.
Jangan menyerah pada keadaan, karena keadaan itu sebenarnya diciptakan agar engkau semakin baik dalam hidupmu. Prestasimu agar meningkat di atas rata-rata manusia. Sehingga dengan begitu, tiada lagi yang dapat menghalangimu untuk menikmati keindahan dari perjuangan.
Sungguh, hidup ini adalah senda gurau belaka, makanya jangan kau larut di dalamnya. Karena sesuatu yang isinya adalah gurauan, hanya akan mendatangkan masalah. Engkau harus serius memandang hidup ini meski tetap dalam sikap yang tenang dan santai. Tidak usahlah tergesa-gesa dan penuh emosi, karena itu juga akan mencelakakan dirimu sendiri.
Untuk itu, sumber yang akan melahirkan kata harus dibersihkan dari kotorannya; riya`, dusta, dan munafik. Semuanya mesti terus di sucikan dari sesuatu selain-Nya. Dari sesuatu yang mengarah kepada selain Diri-Nya. Orang yang menerimanya pun meski bisa membedakan kata-katamu, agar tidak menimbulkan kebingungan. Sehingga, engkau harus terus memahaminya dengan telah menjadikannya sebagai satu pengalaman hidup. Sebab, apakah layak dirimu menganjurkan seseorang untuk berbuat yang benar, padahal engkau sendiri tidak pernah melakukannya? Terlebih untuk urusan hasilnya, apakah baik jika dirimu mengajak mereka berlaku sesuai dengan yang kau anjurkan, sementara dirimu belum pernah merasakan hikmahnya? Itu sungguh bodoh dan tidak patut di lakukan.
Ya. Alam materi ini adalah penggoda yang sangat menggoda hati orang berilmu untuk condong kepadanya. Alam malakut adalah godaan bagi golongan hakekat untuk melangkah di jalan yang salah. Sedangkan alam sifat-sifat Ilahi adalah godaan bagi pribadi makrifat untuk menuhankan sesuatu selain Diri-Nya. Sehingga, siapa saja yang pernah merasa puas akan pencapaian dirinya di setiap alam di atas, maka ia akan tertolak dari kemuliaan dan bahkan dari karunia-Nya. Yang membuatnya semakin jauh dari sisi-Nya.
Orang yang benar-benar memiliki cinta harus mengetahui bahwa hakekat yang terdapat di dalam dirinya adalah keindahan. Tauhid yang ada disana senantiasa mengingat dan menyadari ke-Esaan-Nya tanpa ada yang menggantikan. Segala urusan, alam rahasia, takdir, dan hijab kuasa Ilahi baginya adalah tetap milik-Nya, tanpa ada yang bisa menguasainya. Sehingga larutlah ia dalam cinta yang sejati bersama-Nya.
Untuk itu, jangan biarkan pintu hatimu tertutup. Karena jika itu terjadi, maka cahaya Ilahi tidak bisa masuk menerangi ruangan di dalamnya. Sedangkan engkau tinggal di sana, lalu bagaimana bisa melihat jika tidak ada cahaya. Matamu tentunya tidak bisa melihat meski tidak buta. Sehingga yang terjadi adalah kepastian dalam tersandung dan jatuh.
Jangan biarkan tabir yang menutupi hati agar bisa beribadah sejati terus menutupinya. Biarkan cahaya kekal itu dapat meneranginya dengan sinar yang langsung berasal dari Sumber Cahaya. Yang dengannya nanti, maka kau pun bisa melihat hakekat-Nya melalui pelita ruhani.
Temukanlah Rahasia Tersembunyi yang melingkupi alam semesta ini. Karena dengan begitu kau pun akan menemukan perbendaharaan yang agung. Dan ketika matahatimu dapat menyaksikan fenomena dari hakekat Kebenaran, maka dirimu akan beroleh ketenangan. Ketenangan yang tidak semua orang mendapatkannya, kecuali yang telah ber-makrifat kepada-Nya dengan cinta.
Anugerah ini tidak bisa dilihat dengan mata kepala, tidak bisa di dengar oleh telinga, bahkan tak pernah terlintas di hati. Karena ini adalah keintiman yang jauh lebih dalam dari lubb (inti hati terdalam) sekalipun. Karena ia hanya tetap berada di dalam keheningan Diri-Nya. Yang hanya dia yang makrifatullah bisa mengetahuinya. Tidaklah bisa di sampaikan dengan kata-kata, sebab hanya bisa dirasakan sendiri oleh yang bersangkutan.
Untuk itu, sedikit dapat ku jelaskan tentang tingkatan dan golongan manusia di hadapan-Nya, yaitu; (1) syariat: para pencari, (2) tarekat: para pencari cinta, (3) hakekat: para penempuh jalan cinta, (4) makrifat: para pecinta, (5) makrifatullah: penuh cinta. Sedangkan yang terbanyak dari itu adalah mereka yang termasuk ke dalam tingkatan pertama (syariat: para pencari), bahkan lebih banyak lagi yang tidak bisa sampai di tahapan itu, lantaran ia masih tetap kafir di dalam hatinya.
Ya. Untuk bisa berjalan di kelima tingkatan di atas, maka seseorang harus bisa meninggalkan setiap keburukan di dalam dirinya. Kemunafikkan haruslah menjadi yang utama di hilangkan dari hatinya, sehingga ia bisa menjadi saksi kebaikan bagi dirinya sendiri. Setelahnya, maka tiada pilihan lain kecuali cinta yang harus dijadikan prinsip hidup. Sebab, hanya dengan cintalah, maka semua amal dan ibadah yang dilakukan akan terukur dalam ketulusan yang suci.
O… Jadikan dirimu mulia sejak di dunia ini. Jadikan tujuan itu bisa dicapai sebelum ajal datang menjemput. Karena bila kau bisa meraihnya, maka tidur dan terjagamu akan sama. Jiwamu akan terus berjalan ke arah yang lurus ke rumah-Nya. Hatimu akan terjaga untuk senantiasa menatap wajah-Nya dan tidak pernah berpaling dari selain-Nya. Sehingga, ketika terjaga engkau terus bisa mencintai-Nya, dan saat tertidur, maka kau akan tetap bermimpi dalam keindahan cinta-Nya.
Inilah langkah tepat yang diinginkan dirimu hai manusia. Ia memang sulit untuk di jalani, tetapi tidak ada kata tidak bisa saat engkau berusaha. Tidak mungkin Tuhan memberikan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh hamba-Nya. Semua telah dalam takaran-Nya yang tepat, hanya saja banyak dari hamba-Nya yang berputus asa dari rahmat-Nya. Mereka telah berhenti sebelum ber-istiqomah dalam usaha. Cepat malas ketika ikhitar yang dilakoni belum juga memperoleh hasil. Padahal, berhasilnya usaha di dunia ini bukanlah ukuran. Sebab, banyak yang tidak pernah berhasil pada kehidupan dunia ini, tetapi ia akan berhasil di akherat nanti.
Jadilah seorang yang sering ber-tafakur di setiap harinya. Karena ini adalah perilaku yang senantiasa dilakukan oleh para Nabi. Karena begitu sulitnya tindakan ini di wujudkan dengan istiqomah, maka ia sangat jarang dilakukan oleh kaum awam dari umat ini. Ia hanya akan sering dilakukan oleh pribadi yang minimal telah sampai di tingkatan hakekat. Sehingga, mereka ini adalah para pengabdi dan pengembang perintah Tuhan.
Tafakur ini pun tidak bisa dengan semudahnya dilakukan, karena ia harus seiring dengan tekad yang kuat hanya untuk-Nya. Tidak untuk selain Diri-Nya. Dan ketika seseorang bisa membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia pun akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sejati. Sebuah maqom tauhid yang tinggi, yang bisa menyatukan diri seseorang dengan Diri Kekasihnya.
Alam materi tidaklah penting baginya, karena ia akan sering terbang dengan sayap ruhani ke alam malakut. Sebuah alam karunia Ilahi bagi siapa saja yang lebih mulia dari mulianya seorang ahli ibadah. Ia pun akan terus melayang ke alam yang dekat dengan-Nya, lalu bisa mengenal Sang Kekasih dengan sangat dekat. Sehingga ia pun berada di bawah jubah-Nya karena telah begitu dekat. Tidak ada yang dapat mengenalinya, kecuali Dia saja. Yang menyebabkan ia tersembunyi dalam penampilan sehari-hari.
Namun, ketika ilmu di dalam hatinya tidak sama dengan mereka yang dekat dengan-Nya, maka seseorang masih dalam tahap menuju-Nya. Ia masih belum sampai kepada-Nya, karena masih sebagai sosok yang pertengahan. Di dalam dadanya pun masih sibuk berperang dengan hawa nafsu. Kadang ia menang, kadang pula ia kalah. Sehingga bagaimana bisa ia mengenal Kekasih-Nya, saat ia masih ragu dengan Cahaya Rubbubiyyah dari Sang Kekasih.
Untuk itu, tidaklah mudah untuk memiliki pengetahuan tauhid tentang-Nya. Karena banyak pengetahuan dari manusia tapi sebenarnya ia telah menzalimi dirinya sendiri. Itulah pengetahuan yang terletak di lisan saja. Sebuah ilmu yang ia dapatkan hanya dari mendengar dan membaca saja, tanpa mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia banyak berkata-kata di depan manusia, tetapi dengan penuh kemunafikkan. Dusta dan riya` adalah sesuatu yang telah menjadi kesenangannya. Sehingga ia pun terbiasa kalah dengan nafsunya sendiri dan tidak pernah menemukan Diri-Nya meski Dia sangat dekat.
O… Jadikanlah wadah yang ada di dalam hatimu itu diisikan dengan air yang jernih, suci dan bermanfaat. Biarkan ia tetap berasal dari Sumber Air Yang Abadi. Karena semua yang berasal dari Sumber Air Yang Abadi, akan membuat siapapun ikutan abadi. Bukan zahirnya, melainkan jiwanya yang akan tetap abadi mengikuti kehendak-Nya. Ia pun akan menembus batas waktu menikmati Syurga, untuk bisa menyatu dengan asalnya (Nur Muhammad) lalu kembali kepada-Nya.
Namun, ketika wadah itu kau isi dengan yang bukan berasal dari-Nya, maka wadahnya akan tercemar, kotor dan tak bermanfaat. Sehingga, tak ada lagi yang perlu engkau khawatirkan selain kemurkaan-Nya. Engkau pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan kebodohanmu itu. Yang jelas akan mendatangkan siksaan perih.
Pun, inilah kesedihan yang sebenarnya wahai orang munafik. Meski engkau belum merasakannya sekarang – lantaran tidak peduli dan hatimu tertutup – namun pasti akan di rasakan di akherat. Bahkan disana nanti akan jauh lebih menyakitkan dan penuh penyesalan. Tidak ada yang bisa diperbaiki, karena engkau telah durhaka kepada-Nya. Sedangkan durhaka adalah perbuatan yang tidak bisa diampuni.
Yogyakarta, 24 Mei 2012
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Cuplikan dari buku; "Kesedihan yang Indah", karya: Mashudi Antoro]