Setelah
makan mi instan perut kok terasa kembung. Makan mi instan mendatangkan
penyakit juga bikin berat badan bertambah. Anak-anak sebaiknya jangan
makan mi instan karena bikin bodoh. Sebaiknya jangan terlalu sering
makan mi instan. Berbagai persepsi dan pengalaman makan mi instan ini
boleh jadi akrab dengan keseharian Anda. Lantas, bagaimana seharusnya
makan mi instan yang aman?
Prof
C Hanny Wijaya, Food Science Expert dan Head of Food Chemistry Division
IPB, mengatakan jika memilih makan mi instan penting untuk memerhatikan
papan gizi pada kemasan mi instan.
"Yang
paling dikhawatirkan saat makan mi instan adalah kandungan lemak tinggi
pada mi, dan garam sodium dalam jumlah tinggi pada bumbu. Sodium inilah
yang perlu dicermati, dan sebaiknya asupan sodium tak melebihi dari 300
mg per sajian. Perhatikan jumlah sodium di papan gizi," jelas Prof
Hanny saat peluncuran Tropicana Slim Low Fat Noodles di Jakarta, Rabu
(25/1/2012).
Menurut
Prof Hanny, tak ada aturan pasti seberapa sering boleh makan mi instan.
Tapi penting bagi setiap orang untuk menjalankan pola makan dengan gizi
seimbang dan kebiasaan makan yang baik juga memerhatikan unsur
kesehatan.
Perlu
dipahami bahwa mi instan yang terbuat dari tepung gandum memiliki
kandungan karbohidrat yang sama pada nasi, kentang dan sumber
karbohidrat lainnya. Jadi, jika Anda ingin makan mi instan, sebagai menu
sarapan, makan siang atau makan malam sebaiknya kombinasikan dengan
asupan gizi lainnya seperti serat, protein, bukan dengan tambahan
karbohidrat seperti nasi.
"Makan
mi instan setiap hari tak masalah asalkan jangan melupakan asupan buah,
sayuran, protein selain juga lebih jeli memperhatikan tabel gizi dalam
mi instan. Namun jangan juga sepanjang hari makan nasi, mie, kentang
tanpa mengasup kebutuhan gizi lainnya, sehingga kebutuhan nutrisi tak
seimbang," jelasnya.
Ketidakseimbangan
gizi inilah yang sebenarnya mendatangkan berbagai masalah atau
penyakit. Bahkan pada anak-anak yang gemar makan mi instan, kebiasaan
buruk seperti ini lantas dikaitkan dengan makan mi instan. Padahal, pola
makam tak seimbang lah yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu
misalnya. "Masalahnya boleh jadi bukan pada mi instannya namun pada
asupan nutrisi yang tak seimbang," jelasnya.
Sementara
bagi mereka yang kerap merasa kembung setelah makan mi instan, Prof
Hanny menjelaskan beberapa orang memang sensitif terhadap produk makanan
dari gandum yang membuatnya kembung.
Selain
juga, rasa kembung muncul ketika menyantap mi instan karena karbohidrat
tak dicerna dengan sempurna lantaran proses memasak mi instan yang
kurang matang. "Kalau tak bisa dicerna sempurna, makanan masuk ke usus
besar lalu difermentasi oleh mikroba, sehingga akhirnya muncul rasa
begah atau kembung," jelas Susana STP, MSC, PD Eng, Head of Nutrifood
Research Center Division kepada Kompas Female pada acara yang sama.
Susana
menjelaskan, tak banyak orang yang mengalami alergi pada gandum. Namun
jika mengalami kembung yang disebabkan alergi gandum, dan merasa tak
nyaman sebaiknya jangan makan makanan pemicu alergi.
"Tapi
pembatasan makanan tergantung efeknya terhadap tubuh. Reaksi alergi
pada setiap orang bisa berbeda. Bisa gatal-gatal, asma, kembung dan
lainnya," ujarnya.
Menurut
Susana, yang juga perlu diperhatikan saat makan mi instan, baik sebagai
camilan atau makanan utama, sebaiknya jangan dimakan bersamaan dengan
nasi. Ia menjelaskan, satu bungkus mi instan mengandung sekitar 200
kalori. Sementara 100 gram nasi seporsi semangkuk kecil mengandung
300-400 kalori.
Anda
bisa kelebihan kalori dan asupan karbohidrat jika membiasakan makan mi
instan dengan cara ini, apalagi jika tak dibarengi pola makan gizi
seimbang, dengan mencukupi asupan lemak, protein, dan serat dari buah
juga sayuran.
[Sumber: Kompas]