ilustrasi (foto : Sydney Morning Herald)
JAKARTA
- Badai Matahari yang sedang terjadi belakangan ini mulai melepaskan
semburan gelombang radiasi yang lebih tinggi. Gelombang radiasi
tersebut, dikatakan bisa mengganggu satelit komunikasi yang mengorbit di
sekeliling Bumi.
Diwartakan
Sydney Morning Herald, Rabu (25/1/2012), Doug Biesecker, fisikawan di
US Space Weather Prediction Centre berpendapat bahwa radiasi badai
matahari yang sedang berlangsung sekarang memiliki kemungkinan untuk
mempengaruhi komunikasi frekuensi tinggi di wilayah kutub. Sedangkan di
wilayah Australia, dampak tersebut diharapkan lebih ringan.
"Ini
dapat menimbulkan beberapa masalah pada beberapa frekuensi radio
gelombang pendek. Beberapa operator jaringan listrik telah diperingatkan
dan mereka bisa mengatasinya," jelas Dave Neudegg, Manager of
Ionospheric Prediction Service Australia.
Mengenai
efek badai Matahari tersebut ke Indonesia, Thomas Djamaluddin, profesor
astronomi di LAPAN mengatakan, "Dampak di Indonesia masih dikaji dengan
data stasiun-stasiun pengamat LAPAN." Namun, sampai saat ini Thomas
mengungkap, "Belum ada laporan."
Dalam
blognya, Thomas menerangkan bahwa badai Matahari tersebut tergolong
cukup kuat dan berupa ledakan flare berskala M8-9. Badai Matahari itu
Terjadi pada 23 Januari 2012 pukul 03.59 UT (10:59 WIB). namun, flare
yang cukup kuat ini merupakan pertama kalinya sejak Mei 2005.
Kategori
M sebenarnya tergolong kelas menengah, tetapi karena mendekati kelas
ekstrem (kelas X), maka dampak badai Matahari akan cukup kuat kalau
mengarah ke bumi. Pancaran sinar-X yang terekam pada satelit GOES
menunjukkan peningkatan tajam sampai kelas M8-9.
Ledakan
flare yang terjadi juga diikuti oleh CME (Coronal Mass Ejection),
lontaran massa dari korona matahari, terutama proton dengan kecepatan
tinggi, 1400 km/detik. CME terdeteksi wahana pemantau matahari SOHO pada
posisi antara bumi-matahari berjarak 1.500.000 km dari bumi (sekitar 4
kali jarak bumi-bulan). Partikel bermuatan dari matahari itu tampak
seperti hujan salju yang mengarah ke arah bumi.
Diperkirakan
partikel energetik itu mencapai bumi sekitar 24 Januari malam waktu
Indonesia. Badai matahari yang cukup kuat seperti ini berpotensi
menggangu operasional satelit, seperti satelit komunikasi. Kalau itu
terjadi dan tidak dapat diatasi oleh operator satelitnya, kemungkinan
terjadi gangguan pada penggunaan telepon selular, siaran TV, komunikasi
data perbankan, dan pengguna lainnya.
Tetapi
biasanya para operator satelit sudah mengantisipasinya. Dampak lainnya
adalah gangguan pada ionosfer yang akan mengganggu komunikasi radio
HF/gelombang pendek yang biasa digunakan oleh komunikasi jarak jauh,
termasuk oleh siaran radio luar negeri seperti BBC, VOA, atau ABC.
Navigasi berbasis satelit seperti GPS juga kemungkinan terganggu
akurasinya.