Onani
merupakan salah satu perilaku seksual yang sering dilakukan bila
seseorang tidak mampu menahan dorongan seksualnya. Karena kurangnya
informasi, ada banyak mitos salah yang beredar mengenai onani dan
masturbasi. Salah satunya menyebutkan bahwa perilaku seksual ini
menyebabkan kemandulan.
Apabila
onani menjadi kebiasaan dan dilakukan cukup sering, maka hal itu memang
akan berakibat pada kemandulan sementara. Menurut dr Maya Trisiswati,
agar dapat membuahi sel telur, sel sperma perlu dimatangkan terlebih
dahulu.
"Butuh
72 jam bagi sel sperma untuk matang. Jika sering-sering dikeluarkan
lewat onani, maka spermanya tidak bisa matang dan tidak bisa membuahi,"
kata dokter yang menjadi Kadiv Akses dan Layanan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia.
Karena
itu, bagi pasangan yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya onani
ataupun hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan setiap hari supaya
sel sperma bisa matang.
Ia
menambahkan, secara medis tidak ada dampak buruk dari melakukan onani.
"Sepanjang dilakukan dengan tangan yang bersih dan tanpa alat,
boleh-boleh saja melakukan onani atau masturbasi. Ini lebih sehat
daripada berganti-ganti pasangan," urainya dalam sebuah acara lokakarya
mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, beberapa waktu lalu di
Bandung.
Meski
tidak berdampak secara medis, dr Maya mengingatkan dampak psikologis
dari kebiasaan melakukan onani. Bila menjadi kebiasaan dan kemudian
ketergantungan, perilaku ini bisa memengaruhi perkembangan otak. "Yang
akan berkembang pesat adalah otak yang mengarah pada kesenangan sehingga
bisa mengarah pada perilaku obsesif kompulsif," katanya.
Terlalu
sering melakukan onani atau masturbasi juga menunjukkan ketidakmampuan
kita mengendalikan dorongan seksual, yang berarti pikiran kita lebih
banyak dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat erotis.