Banyak mitos yang menghubungkan ukuran tangan atau ukuran jempol kaki dengan besarnya Mr P. Namanya juga mitos, maka tidak pernah ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikannya. Sebaliknya, hasil penelitian ini mungkin bisa Anda percaya.
Dalam jurnal Archives of Pediatric and Adolescent Medicine edisi Desember 2010, disebutkan bahwa dokter-dokter Bulgaria melaporkan perbandingan ukuran penis antara masyarakat urban dan masyarakat pedesaan. Anak muda di kawasan pedesaan di Bulgaria ternyata dilahirkan dengan penis yang lebih panjang, yang akan terus berkembang ketika ia beranjak dewasa.
Dari survei yang melibatkan 6.200 remaja pria ini, terlihat bahwa sebelum mereka menginjak usia 19 tahun (yang dipertimbangkan sebagai usia matang secara fisik), remaja pria di pedesaan rata-rata memiliki panjang penis 9,72 cm. Sedangkan Mr P anak-anak kota "hanya" sepanjang 9,29 cm.
Tujuan diadakannya penelitian ini sebenarnya tidak untuk mengukur panjang atau diameter penis, melainkan untuk menentukan data dasar untuk melacak permulaan pubertas laki-laki. Menurut Marcia Herman-Giddens, profesor dari University of North Carolina, ukuran yang didapatkan itu merupakan ciri khas dari rata-rata pria. Namun ia tak bisa membayangkan bagaimana para peneliti mampu mendapatkan ukuran penis para remaja pria.
"Itu pasti tidak mudah," katanya. "Saya sendiri sedang mengadakan studi mengenai masa pubertas remaja pria, dan mendapatkan izinnya saja susah."
Metodenya memang lumayan ribet. Panjang penis ini dibentangkan hingga maksimal (tidak dalam keadaan ereksi) lalu diukur dengan pita kaku mulai dari kulit persimpangan pubopenile ke penis atas. Lingkar penis diukur dari pangkal penis dengan pita pengukur. Untuk pria yang obesitas, jaringan lemak perut dipindahkan secara manual ke satu sisi untuk mengukur panjang dan lingkar penis.
Menurut Herman-Giddens, mungkin saja remaja pedesaan malu karena propertinya kecil lalu mengacaukan hasilnya. Atau mungkin komposisi rasial dari anak-anak pedesaan di Bulgaria berbeda dari remaja kota, atau mungkin remaja desa (dan orangtuanya) cenderung makan lebih sehat.
Remaja kota cenderung makan makanan olahan, sedangkan remaja desa lebih banyak makan sayuran yang dipetik dari ladang dan daging dari ternak mereka. Kemungkinan lain, perbedaan senyawa kimia di lingkungan tempat tinggal mereka lah yang memengaruhi ukurannya.