Setiap
kali menyaksikan latihan yang dilaksanakan oleh pasukan TNI, saya
selalu berpikir bahwa ancaman terhadap keselamatan para prajurit itu
telah menghadang bukan sekedar pada saat mereka berangkat ke medan
tempur. Sesungguhnya, sejak pada masa latihan, ancaman itu telah hadir.
Risiko fatal bisa menimpa seorang peterjun pasukan lintas udara, para
pilot helikopter, penerbang pesawat tempur, pasukan marinir yang
didaratkan dengan panser.
Bisa saja terjadi, pada pagi hari ketika
menjelang berangkat latihan, mereka berpamitan kepada anak-istrinya
dalam keadaan tak kurang sesuatu apa pun. Namun, ketika sore hari jasad
mereka kembali dalam keadaan terbungkus kain kafan atau telah berbaring
di dalam peti mati.
Tapi ngomong-ngomong, ancaman kematian
sesungguhnya paling tinggi di jalan raya dan bisa menimpa siapa saja.
Laporan terakhir menyebutkan bahwa korban meninggal akibat kecelakaan
lalu-lintas jauh melampaui jumlah prajurit yang meninggal dalam latihan
maupun yang gugur di medan tempur.
Risiko Menjadi Pendamping Seorang Prajurit
Seorang peterjun tempur terancam kematian manakala parasutnya kuncup dan tak bisa membuka. Seorang penerbang keselamatannya terancam jika mesin pesawatnya tiba-tiba mengalami masalah (trobule engine), prajurit marinir yang didaratkan dari laut juga keselamatannya terancam manakala panser yang ditumpanginya tiba-tiba mogok di tengah laut sehingga tenggelam beserta pasukan di dalamnya. Pendek kata profesi mereka memang bersebelahan dengan pelbagai risiko tersebut.
Seorang peterjun tempur terancam kematian manakala parasutnya kuncup dan tak bisa membuka. Seorang penerbang keselamatannya terancam jika mesin pesawatnya tiba-tiba mengalami masalah (trobule engine), prajurit marinir yang didaratkan dari laut juga keselamatannya terancam manakala panser yang ditumpanginya tiba-tiba mogok di tengah laut sehingga tenggelam beserta pasukan di dalamnya. Pendek kata profesi mereka memang bersebelahan dengan pelbagai risiko tersebut.
Berkaitan dengan hal itu, seorang calon
istri prajurit TNI tentu harus menyadari itu semua. Artinya, bila suatu
saat setelah ikrar saling setia di depan penghulu telah dilisankan, sang
istri harus telah siap menghadapi risiko-risiko tersebut.
Hal lain yang perlu juga saya sampaikan
di sini adalah tentang janji yang mungkin banyak tidak ditepati. Bukan
berarti mereka adalah orang-orang yang suka ingkar janji. Itu terjadi
karena mereka sangat mengedepankan tugas negara. Malam Minggu ini ia
mengajakmu menonton, tiba-tiba acara tersebut harus batal karena ia
harus berangkat menunaikan tugas negara. Bahkan, bisa saja kedua pihak
keluarga telah sepakat tentang hari “H” pernikahan. Undangan telah
disebar ke seluruh jurusan. Namun, seluruh rencana itu mengalami
penundaan karena sang pengantin lelakinya harus berangkat ke Lebanon
sebagai peace keeper ; menjalankan misi perdamaian dari PBB.
Karena kondisi-kondisi inilah seorang
istri prajurit dituntut untuk bisa mandiri dalam segala hal. Ia pun
dituntut untuk terampil dan pandai menjaga kehormatan serta senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan. Manakala sang suami berangkat tugas,
godaan akan selalu datang silih berganti. Tugas sang istrilah untuk
menjaga semua amanah sang suami. Termasuk di dalamnya kehormatan
dirinya.
Sisi Postif Menikah dengan Seorang Prajurit TNI
Di luar yang saya sampaikan tadi, sesungguhnya menikah dengan seorang prajurit TNI saat ini banyak sisi positifnya. Kesejahteraan mereka semakin diperhatikan pemerintah. Di samping menerima gaji dan uang lauk pauk, saat ini mereka pun menerima berbagai jenis tunjangan. Termasuk di dalamnya tunjangan kinerja yang besarannya disesuaikan dengan pangkat, tugas, dan jabatan masing-masing. Kesejahteraan keluarga prajurit meningkat dari waktu ke waktu.
Di luar yang saya sampaikan tadi, sesungguhnya menikah dengan seorang prajurit TNI saat ini banyak sisi positifnya. Kesejahteraan mereka semakin diperhatikan pemerintah. Di samping menerima gaji dan uang lauk pauk, saat ini mereka pun menerima berbagai jenis tunjangan. Termasuk di dalamnya tunjangan kinerja yang besarannya disesuaikan dengan pangkat, tugas, dan jabatan masing-masing. Kesejahteraan keluarga prajurit meningkat dari waktu ke waktu.
Hal positif lainnya yang juga perlu
dipertimbangkan adalah tentang perhatian yang dialamatkan kepada setiap
pribadi prajurit. Para komandan mereka sangat memperhatikan kehidupan
anak buahnya. Setiap prajurit yang mengajukan permohonan menikah pasti
diperintahkan untuk mengajak calon istrinya menghadap sang komandan.
Dengan jalan demikian, sang calon istri akan mendapatkan penjelasan
mengenai perilaku sehari-hari calon suaminya itu.
Ya, setiap komandan menyimpan catatan
pribadi para prajuritnya. Sekecil apa pun penyimpangan yang pernah
dilakukan seorang prajurit, pasti tercatat dan menjadi pantauan para
komandannya. Selain itu, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu
mental mereka dibina agar terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.
Mereka senantiasa diingatkan untuk selalu peduli terhadap diri sendiri,
keluarganya, tidak berselingkuh, serta mampu beradaptasi dengan
lingkungannya masing-masing.
Setahun sekali mereka menjalani tes kesegaran jasmani serta menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh (general chek up),
sehingga sangat mudah terdeteksi bila mengalami suatu gejala penyakit.
Dengan demikian, proses penyembuhan atau pemulihan kesehatannya jauh
lebih mudah karena penyakit sudah terpantau ketika masih dalam stadium
dini.
Kesejahteraan juga dirasakan oleh
keluarga prajurit. Anak dan istrinya, di samping menerima tunjangan
dinas, juga menerima tunjangan dalam bentuk layanan kesehatan.
Itulah sekelumit catatan yang saya
ketahui tentang kehidupan para prajurit. Apakah dalam waktu dekat ini
kamu akan dipersunting oleh seorang prajurit TNI? Jika ya, saya ucapkan
selamat bergabung dengan keluarga besar TNI. Semoga kebahagiaan
senantiasa menyertai keluarga yang segera dibangun oleh kalian berdua.
Selamat menempuh hidup baru.