MENJELANG tahun 2012, masyarakat dari berbagai
kalangan kembali ramai memperbincangkan isu mengenai huru-hara dan
bencana besar yang mengancam bumi pada tahun tersebut. Bahkan,
kemunculan badai matahari yang diperkirakan akan menyebabkan kepunahan
peradaban manusia banyak beredar di dunia maya, situs jejaring sosial,
dan Blackberry Messenger.
Salah satu isu tersebut menyebutkan bahwa badai matahari akan muncul pada 21 Desember 2012 yang bertepatan dengan berakhirnya penanggalan Suku Maya. Pada saat itu, manusia dan peradabannya dikabarkan akan punah, seperti punahnya dinosaurus akibat asteroid yang menghantam bumi di Semenanjung Yukatan, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu.
Kepala Observatorium Bosscha, Hakim Luthfi Malasan mengatakan, badai matahari memang diperkirakan muncul pada tahun 2012 mendatang akibat siklus matahari setiap 11 tahun. Siklus matahari yang terjadi pada tahun 2001 lalu diperkirakan kembali terjadi antara tahun 2012-2014 dan salah satunya menyebabkan badai matahari.
“Berdasarkan siklus, aktivitas matahari akan meningkat pada tahun 2012. Namun, berdasarkan berbagai penelitian, siklus itu akan bergeser antara tahun 2012 dan 2013. Tingkat aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan siklus matahari pada tahun 2001,” katanya saat ditemui di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (27/12).
Meski demikian, Hakim mengungkapkan, badai matahari yang terjadi akibat siklus tersebut tidak akan menyebabkan kepunahan manusia seperti teori katastrofi yang dianut sebagian ilmuwan. Badai tersebut, kata dia, hanya berpotensi menyebabkan kerusakan satelit dan komunikasi radio serta perubahan iklim yang ekstrem, seperti terjadinya badai el nino dan la nina.
Badai matahari atau solar storm merupakan efek yang ditimbulkan dari lidah api matahari (solar flare) yang menyembur akibat lontaran massa korona seiring dengan meningkatnya aktivitas matahari. Semburan lidah api matahari setara dengan 2,5 x 10 25 megaton TNT atau miliaran bom atom. Panjang lidah api bisa mencapai 2-3 juta kilometer dan berlangsung sekitar dua jam.
Jika dibandingkan dengan jarak matahari dan bumi yang mencapai 150 juta kilometer, kata Hakim, lidah api matahari tentu tidak sampai ke permukaan bumi. Hanya saja, fenomena itu menimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik yang salah satunya menyebabkan badai matahari.
“Badai matahari itulah yang bisa menembus pelindung bumi, yakni atmosfer dan magnetosfer. Akibat hantaman badai matahari, satelit dan jaringan telekomunikasi akan rusak, sehingga menyebabkan alat komunikasi dan elektronik di bumi, seperti Hp, ATM, radio, dan televisi tidak berfungsi,” katanya.
Pada tahun 2003, Hakim menyebutkan, badai matahari sempat membuat listrik padam di kawasan Kanada dan Alaska yang juga menimpa kawasan Inggris Raya beberapa tahun lalu. Pada tahun 2005, badai matahari juga menyebabkan sejumlah jadwal penerbangan di dunia tertunda akibat cuaca ekstrem.
Terakhir pada tanggal 26 Desember 2011 lalu, NASA juga mendeteksi terjadinya badai matahari akibat semburan lidah api matahari. Pada saat yang sama, Hakim mengaku beberapa alat telekomunikasinya tidak berfungsi tetapi terlalu dini baginya untuk mengaitkan kedua hal tersebut.
Tidak dimungkiri, kata Hakim, badai matahari menyebabkan sejumlah kerusakan satelit komunikasi yang memengaruhi kehidupan di bumi. Namun, lanjut dia, hal itu jangan lantas dikaitkan dengan terjadinya bencana besar di bumi, bahkan kiamat karena tidak ada yang bisa memprediksinya.
“Informasi ini penting untuk diketahui agar kita bisa melakukan mitigasi bencana. Namun, hal ini jangan sampai membuat kita cemas dan takut, apalagi mengaitkannya dengan hal-hal mistis,” ucapnya. (Cecep Wijaya Sari/”PR”/A-89)***
Salah satu isu tersebut menyebutkan bahwa badai matahari akan muncul pada 21 Desember 2012 yang bertepatan dengan berakhirnya penanggalan Suku Maya. Pada saat itu, manusia dan peradabannya dikabarkan akan punah, seperti punahnya dinosaurus akibat asteroid yang menghantam bumi di Semenanjung Yukatan, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu.
Kepala Observatorium Bosscha, Hakim Luthfi Malasan mengatakan, badai matahari memang diperkirakan muncul pada tahun 2012 mendatang akibat siklus matahari setiap 11 tahun. Siklus matahari yang terjadi pada tahun 2001 lalu diperkirakan kembali terjadi antara tahun 2012-2014 dan salah satunya menyebabkan badai matahari.
“Berdasarkan siklus, aktivitas matahari akan meningkat pada tahun 2012. Namun, berdasarkan berbagai penelitian, siklus itu akan bergeser antara tahun 2012 dan 2013. Tingkat aktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan siklus matahari pada tahun 2001,” katanya saat ditemui di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (27/12).
Meski demikian, Hakim mengungkapkan, badai matahari yang terjadi akibat siklus tersebut tidak akan menyebabkan kepunahan manusia seperti teori katastrofi yang dianut sebagian ilmuwan. Badai tersebut, kata dia, hanya berpotensi menyebabkan kerusakan satelit dan komunikasi radio serta perubahan iklim yang ekstrem, seperti terjadinya badai el nino dan la nina.
Badai matahari atau solar storm merupakan efek yang ditimbulkan dari lidah api matahari (solar flare) yang menyembur akibat lontaran massa korona seiring dengan meningkatnya aktivitas matahari. Semburan lidah api matahari setara dengan 2,5 x 10 25 megaton TNT atau miliaran bom atom. Panjang lidah api bisa mencapai 2-3 juta kilometer dan berlangsung sekitar dua jam.
Jika dibandingkan dengan jarak matahari dan bumi yang mencapai 150 juta kilometer, kata Hakim, lidah api matahari tentu tidak sampai ke permukaan bumi. Hanya saja, fenomena itu menimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik yang salah satunya menyebabkan badai matahari.
“Badai matahari itulah yang bisa menembus pelindung bumi, yakni atmosfer dan magnetosfer. Akibat hantaman badai matahari, satelit dan jaringan telekomunikasi akan rusak, sehingga menyebabkan alat komunikasi dan elektronik di bumi, seperti Hp, ATM, radio, dan televisi tidak berfungsi,” katanya.
Pada tahun 2003, Hakim menyebutkan, badai matahari sempat membuat listrik padam di kawasan Kanada dan Alaska yang juga menimpa kawasan Inggris Raya beberapa tahun lalu. Pada tahun 2005, badai matahari juga menyebabkan sejumlah jadwal penerbangan di dunia tertunda akibat cuaca ekstrem.
Terakhir pada tanggal 26 Desember 2011 lalu, NASA juga mendeteksi terjadinya badai matahari akibat semburan lidah api matahari. Pada saat yang sama, Hakim mengaku beberapa alat telekomunikasinya tidak berfungsi tetapi terlalu dini baginya untuk mengaitkan kedua hal tersebut.
Tidak dimungkiri, kata Hakim, badai matahari menyebabkan sejumlah kerusakan satelit komunikasi yang memengaruhi kehidupan di bumi. Namun, lanjut dia, hal itu jangan lantas dikaitkan dengan terjadinya bencana besar di bumi, bahkan kiamat karena tidak ada yang bisa memprediksinya.
“Informasi ini penting untuk diketahui agar kita bisa melakukan mitigasi bencana. Namun, hal ini jangan sampai membuat kita cemas dan takut, apalagi mengaitkannya dengan hal-hal mistis,” ucapnya. (Cecep Wijaya Sari/”PR”/A-89)***