Wanita
yang tengah berusaha memiliki momongan biasanya akan mendapat nasihat
untuk rileks atau jangan stres. Nasihat tersebut terkesan sepele tapi
ada benarnya.
Pendiri Fertility Awareness Counseling and Training Seminars (FACTS),
Tony Weschler menjelaskan, stres bisa mempengaruhi fungsi hipotalamus,
bagian di otak yang berfungsi mengatur emosi, tekanan darah, denyut
jantung, suhu tubuh dan perilaku konsumsi. Bagian otak ini juga mengatur
hormon yang memerintahkan ovarium untuk melepaskan sel telur.
Ketika Anda merasa stres,
masa subur akan mengalami penundaan atau malah sama sekali tidak
terjadi. Sehingga ketika Anda dan pasangan bercinta ketika masa subur,
Anda bisa kehilangan kesempatan untuk hamil.
Tony juga memaparkan, sangat penting untuk membedakan antara stres yang
terjadi terus-menerus dengan stres mendadak. Tubuh biasa menghadapi
stres yang biasa terjadi atau stres sehari-hari. Sehingga masa subur
tidak akan terpengaruh dan tetap konsisten di setiap siklusnya.
Stres mendadaklah yang sangat mempengaruhi masa subur seorang wanita dan
mengganggu siklus. Stres mendadak ini biasanya terjadi ketika seseorang
mengalami kecelakaan, perceraian atau kehilangan salah satu anggota
keluarga.
Namun dijelaskan Tony, pengaruh stres tersebut berbeda-beda dari satu
wanita ke wanita yang lain. Pada beberapa wanita, berpergian ke luar
kota pun bisa membuat masa subur mereka tertunda. Sementara untuk
beberapa wanita lain insiden traumatis sama sekali tidak mempengaruhi
siklus mereka.
Yang perlu diingat juga oleh wanita, menurut Tony, bukan stres karena
suatu hal negatif yang bisa menyebabkan ovulasi terganggu. Stres yang
positif pun bisa mempengaruhi masa subur wanita. Seperti apa itu stres
yang positif?
Penulis buku 'Taking Charge of Your Fertility' itu mencontohkan stres
yang dialami wanita ketika hendak menikah. Stres yang dialami ini adalah
stres positif. Wanita merasa bersemangat untuk mengatasi semua kendala
dalam mempersiapkan pernikahan dan yakin semua masalah bisa terlewati.
Meski stres ini positif, tetap saja mengganggu ovulasi.
Ketika seorang wanita yang tengah berusaha untuk hamil dan dalam kondisi
stres, cairan di mulut rahim akan memberikan peringatan ada sesuatu
yang terjadi. Sehingga ketika stres, wanita akan mengalami 'masa
kering'. Sementara ketika tidak stres, menjelang ovulasi, wanita akan
merasa area mulut rahimnya basah.
Meskipun tubuh berusaha untuk melakukan mekanisme ovulasi, stres
tersebut membuat masa subur tertunda. Kabar gembiranya, penundaan ini
hanya membuat siklus Anda menjadi lebih lama.