Autisme
masih menjadi mimpi buruk bagi sebagian besar orangtua. Beberapa
orangtua langsung merasa stres saat mendengar anaknya didiagnosis
autisme. Beberapa pusat penanganan anak autis sudah banyak tersebar di
beberapa kota besar di Indonesia. Sayangnya, orangtua penyandang autis
di daerah mungkin merasa kesulitan jika hendak merujuk anaknya.
Di
kalangan masyarakat juga masih ada pemahaman bahwa anak-anak autis bisa
menularkan penyakitnya. Maka, beberapa orangtua justru menyembunykan
anaknya yang mengidap autis. Pada kenyataannya, penanganan autis di
tingkat nasional memang masih jalan di tempat.
Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mengeluarkan
Peraturan Menteri no. 10 tahun 2011 yang berisi tentang pemenuhan
hak-hak anak berkebutuhan khusus, yaitu hak untuk hidup, mendapat
perlindungan dan tumbuh kembang.
Beberapa anak
penyandang autisme diketahui memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
Namun kemampuan ini kurang tergali dengan optimal karena kurangnya
kemampuan berkomunikasi penyandang autis.
"Anak-anak
autis sulit diukur IQ-nya karena kemampuan verbalnya lemah. Padahal
kecerdasan tidak hanya diukur lewat kognitif saja, tetapi juga lewat
aspek lain seperti kemampuan visual dan kemampuan musik. Banyak
anak-anak autis yang ternyata memiliki kemampuan lebih di bidang musik
dan seni," kata Hershinta Suroso dosen komunikasi London School of
Public Relation dalam acara peluncuran jurnal Communicare mengenai anak
berkebutuhan khusus di kampus STIKOM London School of Public Relation
Untuk
mengoptimalkan kemampuan anak autis, sebaiknya orangtua tidak
menitiberatkan pada hal yang sulit dilakukan anak. Misalnya, apabila
anak tidak menyukai pelajaran bahasa dan lebih menyukai matematika, maka
anak jangan dibebani dengan menggenjot belajar bahasa, namun sebaiknya
lebih berfokus untuk mengembangkan kemampuan matematikanya.
"Seringkali
orang tua atau guru mengeluh anak autis sulit melakukan atau
mempelajari beberapa hal. Padahal, salah satu kunci dalam mengembangkan
kemampuan anak autis secara optimal adalah dengan berfokus pada
kemampuan yang bisa dilakukan. Jangan berkonsentrasi pada hal yang tidak
bisa ia lakukan," kata Kasandra Putranto, psikolog dari Kasandra
Associates dan ketua K3PIK (Kelompok Peduli Penanganan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus).
Salah satu faktor yang paling
penting dalam keberhasilan penanganan autisme adalah keterlibatan dan
komunikasi orang tua. Orang tua tidak seharusnya menyerahkan sepenuhnya
penanganan anaknya yang menyandang autis kepada terapis. Pada banyak
kasus, anak autis berhasil berkembang menjadi lebih baik jika orang tua
ikut memantau dan terlibat dalam terapi di rumah, apalagi dalam
menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang sulit.