Asalasah ~Masalah gigi dan mulut jangan pernah dianggap sepele. Sebab, mulut dan gigi
merupakan pintu masuk penyakit berbahaya bagi organ dalam manusia,
seperti paru-paru, hati, jantung, serta organ-organ vital lainnya.
Riset yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2007, memaparkan fakta sebanyak 72,1 persen masyarakat Indonesia mempunyai gigi berlubang. Rata-rata setiap orang 'menyimpan' lima gigi berlubang di dalam mulutnya.
Baru-baru ini, para ilmuwan di Swedia menemukan bahwa peningkatan plak pada gigi telah dikaitkan dengan risiko kematian dini akibat kanker. Penelitian ini merupakan sebuah studi observasional yang dipublikasikan secara online dalam British Medical Journal Open. Penelitian ini melibatkan 1.390 orang antara tahun 1985 dan 2009.
Pada awal penelitian, seluruh partisipan ditanyai terkait faktor-faktor kemungkinan akan peningkatan risiko kanker, termasuk menilai kebersihan mulut mereka. Setelah kurun waktu 24 tahun, 58 pasien meninggal dan 35 di antaranya akibat kanker. Mereka yang meninggal, secara signifikan memiliki jumlah plak gigi jauh lebih banyak. Indeks plak gigi pada partisipan yang telah meninggal lebih tinggi daripada mereka yang masih hidup.
Drg Arni Maharani menjelaskan, kondisi itu dipengaruhi dua faktor. Pertama, kesadaran masyarakat yang rendah soal perawatan gigi dan mulut. Menurutnya, kunci dari pencegahan masalah gigi dan mulut adalah menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur, dan melakukan pemeriksaan rutin enam bulan sekali. "Sederhana loh, tapi manfaatnya besar. Sebagian masyarakat mungkin telah menerapkan hal ini," papar dia, Kamis (12/7).
Soal pemeriksaan rutin, kata Arni, masih ada anggapan bahwa melakukan pemeriksaan gigi dan mulut ke dokter membutuhkan biaya besar. Padahal itu tidak benar. "Betul membutuhkan biaya besar, tapi kalau masalahnya sudah berlanjut. Kalau masih dalam tahap pencegahan tentu biayanya ringan," papar dia.
Arni mengatakan sekarang ini fasilitas kesehatan masyarakat seperti puskemas memiliki layanan dengan alat yang cukup lengkap namun bertarif murah. "Jadi, keliru bila biaya pemeriksaan gigi dan mulut butuh dana besar," kata dia.
Faktor kedua adalah tenaga dokter. Menurut Arni, saat ini perbandingan antara dokter dan pasien gigi dan mulut mencapai 1: 30.000. Dengan perbandingan yang tidak seimbang, tentu akan berpengaruh pada layanan.
Riset yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2007, memaparkan fakta sebanyak 72,1 persen masyarakat Indonesia mempunyai gigi berlubang. Rata-rata setiap orang 'menyimpan' lima gigi berlubang di dalam mulutnya.
Baru-baru ini, para ilmuwan di Swedia menemukan bahwa peningkatan plak pada gigi telah dikaitkan dengan risiko kematian dini akibat kanker. Penelitian ini merupakan sebuah studi observasional yang dipublikasikan secara online dalam British Medical Journal Open. Penelitian ini melibatkan 1.390 orang antara tahun 1985 dan 2009.
Pada awal penelitian, seluruh partisipan ditanyai terkait faktor-faktor kemungkinan akan peningkatan risiko kanker, termasuk menilai kebersihan mulut mereka. Setelah kurun waktu 24 tahun, 58 pasien meninggal dan 35 di antaranya akibat kanker. Mereka yang meninggal, secara signifikan memiliki jumlah plak gigi jauh lebih banyak. Indeks plak gigi pada partisipan yang telah meninggal lebih tinggi daripada mereka yang masih hidup.
Drg Arni Maharani menjelaskan, kondisi itu dipengaruhi dua faktor. Pertama, kesadaran masyarakat yang rendah soal perawatan gigi dan mulut. Menurutnya, kunci dari pencegahan masalah gigi dan mulut adalah menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur, dan melakukan pemeriksaan rutin enam bulan sekali. "Sederhana loh, tapi manfaatnya besar. Sebagian masyarakat mungkin telah menerapkan hal ini," papar dia, Kamis (12/7).
Soal pemeriksaan rutin, kata Arni, masih ada anggapan bahwa melakukan pemeriksaan gigi dan mulut ke dokter membutuhkan biaya besar. Padahal itu tidak benar. "Betul membutuhkan biaya besar, tapi kalau masalahnya sudah berlanjut. Kalau masih dalam tahap pencegahan tentu biayanya ringan," papar dia.
Arni mengatakan sekarang ini fasilitas kesehatan masyarakat seperti puskemas memiliki layanan dengan alat yang cukup lengkap namun bertarif murah. "Jadi, keliru bila biaya pemeriksaan gigi dan mulut butuh dana besar," kata dia.
Faktor kedua adalah tenaga dokter. Menurut Arni, saat ini perbandingan antara dokter dan pasien gigi dan mulut mencapai 1: 30.000. Dengan perbandingan yang tidak seimbang, tentu akan berpengaruh pada layanan.